Jumat, 01 Juli 2011

Remaja

Memahami Remaja

Seringkali orang tua dan guru, dibuat bingung bongko dan kalangkabut oleh pola tingkahlaku dan keadaan perkembangan anak-anaknya atau remaja atau lebih tepatnya siswa sekolah, apalagi usia SLTP. Banyak sudah kasus-kasus terjadi pada remaja, baik di rumah, pergaulan, bahkan sekolah. 

Orang tua dan guru, termasuk orang-orang dewasa sebaliknya harus mampu memahami dan menangani semua polah tersebut sehingga masa perkembangannya berjalan secara normal, sementara orang tua dan guru tetap bisa mengawal perkembangan tersebut. Di bawah ini sedikit pembahasan tentang REMAJA, suatu tahap perkembangan yang UNIK dalam perjalanan manusia.

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adoloscere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai art iyang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Paget (1211) dengan mengatakan :

 “Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak…..

Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber….Termasuk juga perubahan intelektual yang mecolok….Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

2. Tahun-tahun Masa Remaja

Masa remaja ini dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa dan akhir masa remaja.

Garis pemisah antara awal dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas.  Ketika remaja duduk di kelas terakhir,

 biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan ke pendidikan tinggi, atau menerima pelatihan kerja tertentu. Status di sekolah juga membuat remaja sadar akan tanggungjawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. 

Kesadaran akan status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih matang.

Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia delapan belas tahun ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. 

Akibatnya seringkali lak-laki tampak kurang matang usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun, dengan adanya status yang lebih matang di rumah dan di sekolah, biasanya laki-laki cepat menyesuaikan diri dan menunjukkan perilaku yang lebih matang, yang sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hokum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan masa yang sangat singkat

Menurut Dr.Winarno Surachmad, setelah meninjau banyak literature luar negeri, menulis usia lebih kurang antara 12 - 22 tahun adalah masa yang mecakup sebagian terbesar perkembangan adolescence. Sedangkan Kwee Soen Liang SH, membagi masa “puberteit” sebagai berikut:

1. Prae Puberteit,          laki-laki           : 13 - 14 tahun (Fase Negatif)
wanita              : 12 - 13 tahun (Sturmund Drang)

2. Puberteit,                 laki-laki           : 14 - 18 tahun (Merindu)
wanita              : 13 - 18 tahun (Puja)

3. Adolescence            laki-laki           : 19 - 23 tahun
wanita              : 18 - 21 tahun

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesa-gesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentang usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun.

sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja 21/22 tahun. Sedangkan periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa remaja” atau sering disebut sebagai “periode pubertas”, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja, meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal.

3.  Ciri-ciri Masa Remaja

Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting.

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja, kedua-keduanya sama-sama penting.

Dalam membahas akibat fisik pada masa remaja, Tanner mengatakan (156) : 

Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. 

Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kegua seletah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang dan takut.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating. 

Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
Seperti dijelaskan oleh Osterrieth,

 “Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai cirri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak” (118).

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat  keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (158).

Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, Perubahan tubuh. 

Ketiga, perubahan minat dan peran. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tempaknya lebih banyak dan lebih  sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. 

Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak di anggap penting, sekarang setelah hamper dewasa tidak penting lagi. 

Kelima, Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggungjawab tersebut.

Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namum masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu pertama, sepanjang masaa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. 

Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. 

Seperti dijelaskan oleh Anna Freud, 

“Banyak kegagalan, yang seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal” (50)

Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Seperti dijelaskan oleh Erikson (42); 

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah? ….Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?
.
Erikson selanjutnya menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja (42): 

Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka selalu siap untuk mnempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak”.

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.

Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Anggapan Stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. 

Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan cirri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati atau kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (135).

Bila telah mencapai usia dewasa ia merasa bahwa periode remaja lebih bahagia daripada masa dewasanya, bersama dengan tuntutan dan tanggungjawabya, terdapat kecenderungan untuk mengagungkan masa remaja dan kecenderungan untuk merasa bahwa masa bebas yang penuh bahagia telah hilang selamanya (75).

Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. 

Berpakaian an bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja muai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Sementara itu, pendapat lain mengenai ciri-ciri masa remaja atau masa-masa awal dan remaja akhir adalah sebagai berikut:

4. Ciri-ciri Remaja Awal

Apabila usia anak sudah mencapai 12 / 13 tahun, maka ia telah mulai menginjak suatu masa kehdupan yang dinamakan masa remaja awal. Usia tersebut adalah usia siswa-siswi atau pelajar setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP). Berikut ini ciri-ciri masa remaja awal, yang erat kaitannya dengan pembahasan dalam bab ini.

a.   Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

Granville Stanley Hall menyebut masa in sebagai perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak-ledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. 

Termasuk dalam cirri ini adalah ketidaktentuan cita-cita. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan  kerja tidak dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan “cinta”, rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang, ketertarikan pada lain jenis suka “loncat-loncatan” atau ” cinta monyet”.

b.   Sikap dan Moral mulai menonjol

Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian dalam pergaulan dan “menyerempet” bahaya.

c.       Kecerdasan dan kemampuan mental mulai sempurna

Menurut Alfred Binet, salah seorang pelopor mental tes berbangsa Perancis, bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya, remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal. 

Penantangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, guru,  atau orang dewasa lainnya jika mereka (remaja) mendapat pemaksanaan menrima pendapat tanpa alas an rasional. Tetapi dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa.

d.      Status remaja awal sangat sulit ditentukan.

Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan bahkan membingungkan. Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan orang dewasa untuk memberi tanggungjawab kepada remaja dengan dalih “mereka masih kanak-kanak”. 

Tetapi pada lain kesempatan, si remaja awal sering mendapat teguran sebagai “orang yang sudah besar” jika remaja awal bertingkah-laku yang kekanak-kanakan. Akibatnya, si remaja awal mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya.

e.       Masa remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.

Di samping kondisi-kondisi di atas, sebab-sebab lainnya yang menimbulkan remaja bermasalah adalah sifat emosional remaja awal. Kemampuan berpikir  lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang ammpu mengadakan consensus atau kesepakatan dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya, sehingga masalah yang timbul adakan pertentangan sosial.

f.       Masa remaja awal adalah masa yang kritis.

Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.

  
Karakter Remaja

Menurut beberapa ahli psikologi, banyak faktor yang membuat anak remaja kerap tertimpa masalah. Berikut adalah beberapa sifat remaja menurut pakar psikologi remaja.
  • Anak remaja cenderung memiliki emosi labil. Emosi bukan berarti kemarahan semata, namun juga keinginan atau hasrat yang lain. Anak remaja jarang bisa mengontrol itu semua.

    Misalnya saja ada remaja yang ingin sekali membeli video game, ia tidak bisa menahan keinginan, akhirnya ia akan terus meminta pada orang tua. Bila orang tua tidak mengabulkan, anak remaja tersebut bisa marah dan menimbulkan masalah lain.
  • Anak remaja sangat mudah terpengaruh oleh hal apapun. Hal ini kerap menimbulkan masalah ketika mereka akhirnya terpengaruh oleh hal yang negatif.
  • Sebagian besar anak remaja umumnya sering canggung, pemalu, dan cenderung kaku bila berada di lingkungan sosialisasi. Hal ini akan mempengaruhi pergaulan anak sehari-hari. Bila tidak segera diatasi, ia akan kesulitan memiliki teman.
  • Anak remaja biasanya suka membuat kelompok-kelompok dalam pergaulan (geng). Pengelompokan sosial ini sering menimbulkan pergesekan antar anak remaja hingga muncul perselisihan.
  • Anak remaja cenderung memiliki jiwa pemberontak atau tidak suka diatur. Ketika ia dilarang sedikit saja oleh orang tua atau guru, biasanya mereka sulit menerima. Kalaupun mereka diam atau tidak membantah, biasanya mereka menyimpan sakit hati atau malah dendam.
  • Anak remaja memiliki keingintahuan yang cukup tinggi, sehingga mereka akan mengeksplorasi apapun yang ada di dekat mereka. Hal yang ditakutkan adalah ketika mereka menemukan hal negatif, setelah itu mereka akan mengeksplornya dan akhirnya malah merusak kepribadian.

    Contohnya saja internet, anak remaja pasti ingin tahu tentang seluk beluk internet. Bayangkan bila mereka menemukan web atau situs pornografi, hal ini tentu sangat buruk.
Itulah beberapa sifat remaja yang kadang membuat mereka sering terkena masalah. Lalu masalah apa saja yang kerap mendatangi mereka? Umumnya permasalahan remaja tidak jauh dari masalah pergaulan dengan teman, cinta, atau bahkan keluarga.

Peran orang tualah yang sangat berdampak besar bagi perkembanganjiwa anak remaja. Orang tua harus selalu mendampingi, ketika mereka melakukan kesalahan pun jangan lantas dipersalahkan, karena hal itu hanya akan membuat anak semakin terpuruk.

Anak remaja sangat membutuhkan bimbingan orang tua. Ketika mereka mengeluh akan suatu masalah, orang tua sebaiknya mendengarkan dan mencari penyebabnya, setelah itu mencari solusi bersama-sama. Sikap orang tua seperti itu biasanya akan dicontoh oleh si anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat orang tua:

Mendidik anak apalagi yang tengah beranjak remaja memang susah-susah gampang. Jika dibiarkan, dikhawatirkan anak akan kebablasan. Tetapi bila dikekang, anak akan makin berontak. Apa yang harus dipikirkan adalah kesabaran dan bagaimana sikap kita ke mereka, hal itu akan diuji dan waktu untuk mengatasi hal tersebut sangatlah singkat.

Pendapat para ahli:

Saat menginjak usia remaja, buah hati Anda tentu saja berubah tidak lagi mengikuti kemauan orangtua. Mereka memiliki dunianya sendiri yang butuh privasi. Orang tua harus bisa menyesuikan sikap dan pandangan mereka kepada anak-anaknya. Jangan terlalu mengekang tetapi jangan selalu menuruti permintaan anak-anak juga. 

Harus saling terbuka satu sama lain, luangkanlah waktu kalian para orang tua untuk bercerita, hal ini diperlukan agar si remaja dapat terbuka dengan orang tuanya, kalau sudah kayak gini biasanya si remaja akan nyaman curhat atau cerita-cerita menganai masalah hidupnya dengan kalian para orang tua. Peran orang tua sangat penting pada masa-masa ini, karena kalu tidak, anak remaja akan hancur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar