Tanah Lot
Di Tanah lot terdapat sebuah pura yaitu pura Tanah Lot. Pura Tanah Lot adalah sebuah pura yang dibangun diatas batu besar terletak di desa Beraban, Kabupaten Tabanan. Pura ini merupakan pura laut yang digunakan sebagai tempat pemujaan para dewa penjaga laut dan termasuk kedalam pura Sad Kahyangan atau penyangga dari 9 mata angin.
Ada juga cerita lain yang mengatakan bahwa Tanah Lot berasal dari segumpal tanah yang dibawa oleh Putra Patih Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai. Diceritakan bahwa Patih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit memerintahkan putranya untuk mengembara.
Sang Patih memberinya bekal sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar putranya menaburkan tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah daratan, niscaya tempat tersebut akan menjadi kekuasaannya.
Akan tetapi, sebelum sampai ke daratan tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah di tepi pantai. Tanah itulah yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya tanah di tengah laut.
Tanah Lot berdasarkan cerita yang tertulis dalam Babad Dwijendra Tatwa dibangun oleh pengikut-pengikut Danghyang Nirartha. Danghyang Nirartha adalah seorang brahmana berasal dari Blambangan Jawa Timur yang melakukan perjalanan untuk menyebarkan ajaran Hindu di sebuah pulau yang saat ini kita kenal dengan nama Bali. Perjalanan Danghyang Nirartha akhirnya sampai di sebuah pantai di bagian selatan Pulau Bali. Di tempat ini Danghyang Nirartha menemukan sebuah pulau kecil yang terdiri dari tanah parangan (tanah keras).
Di pulau kecil inilah Danghyang Nirartha beristirahat dan melakukan persembahyangan memuja penguasa laut. Danghyang Nirartha merasakan keindahan yang luar biasa di tempat itu sehingga beliau menolak tawaran beberapa nelayan untuk singgah di rumahnya dan tetap bermalam di pulau kecil ini.
Di tempat ini Danghyang Nirartha juga memberikan ajaran-ajaran Hindu kepada penduduk setempat dan memberi nasihat agar di pulau kecil tersebut dibangun sebuah parhyangan (pura atau kahyangan), karena menurut getaran batin beliau tempat itu baik untuk memuja Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk memohon kemakmuran dan kesejahteraan.
Akhirnya sepeninggal Danghyang Nirartha, di tempat ini dibangun sebuah tempat pemujaan yang diberi nama Pura Pakendungan atau lebih dikenal dengan nama Pura Tanah Lot. Beberapa meter dari Pura Tanah Lot terdapat tebing-tebing yang di dalamnya hidup ular-ular laut.
Ular-ular tersebut konon merupakan penjelmaan selendang Danghyang Nirartha yang bertugas menjaga Pura Tanah Lot. Ular-ular ini dijaga oleh seorang pawang karena ular laut yang berwarna hitam dan berekor pipih seperti ikan ini kabarnya sangat beracun bahkan racunnya lebih dasyat dari ular kobra.
Di tanah lot juga terdapat sumber mata air tawar, sungguh aneh memang, karena di dekat pinggiran pantai terdapat mata air tawar, tapi inilah yang ada di tanah lot.
Sumber air tawar yang disebut Tirta Pabersihan ini merupakan air suci yang dikeramatkan. Keberadaan sumber air tawar ini tentu saja mengundang decak kagum, sebab di tengah deburan air laut yang asin, ternyata ada sumber air tawar yang dapat digunakan oleh para pengunjung maupun umat Hindu untuk menyucikan diri.
Di tempat ini, para pengunjung dapat mencuci muka atau anggota badan lainnya sembari memanjatkan doa. Konon, dengan cara itu permohonan akan terkabulkan.
asal usul terbentuknya mata air tawar itu gmn ya ?
BalasHapus